Area pesisir merupakan area yang sangat kompleks dengan keberadaan mangrove dan tumbuhan pendukungnya. Survei yang dilakukan pada tahun 2024 mengenai flora darat non mangrove menunjukkan bahwa SOC memiliki 71% flora dalam kategori semai, 14% kategori pancang, 10% kategori pohon, dan 5% kategori tihang. Kerapatan pohon sebesar 13 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 125 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 44 individu/ha dan kerapatan semai sebesar 2.119 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah Pandan laut (Pandanus odorifer) sebesar 13 individu/ha, kerapatan tertinggi spesies kategori tihang dan pancang adalah Cemara laut (Casuarina equisetifolia) sebesar 69 individu/ha dan 32 individu/ha serta kerapatan teringgi spesies semai adalah Pandan laut (Pandanus odorifer) sebesar 406 individu/ha. Persentase tutupan pohon sebesar 684 m2/ha oleh Pandan laut (Pandanus odorifer) dan tutupan tihang sebesar 1.100 m2/ha juga oleh Pandan laut (Pandanus odorifer).

Komposisi spesies pohon terdiri dari 4 spesies yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia), cemara (Casuarina sp), waru (Hibiscus tiliaceus) dan asem londo (Pithecellobium dulce). Komposisi spesies tihang terdiri dari 3 spesies yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia), cemara (Casuarina sp), dan waru (Hibiscus tiliaceus). Komposisi spesies pancang terdiri dari 8 spesies yaitu akasia (Acacia auriculiformis), srikaya (Annona squamosa), mimba (Azadirachta indica), cemara laut (Casuarina equisetifolia), cemara (Casuarina sp), waru (Hibiscus tiliaceus), Kaktus centong (Opuntia cochenillifera), dan jambu biji (Psidium guajava). Komposisi spesies semai terdiri dari 27 spesies dengan spesies berjumlah terbanyak yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia), katang-katang (Ipomea pescaprae), rumput teki ladang (Cyperus rotundus), dan gletang (Tridax procumbens dan Tridax sp).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.00 untuk katerori pertumbuhan pohon; 0.69 untuk kategori pertumbuhan tihang; 1.80 untuk kategori pancang; dan 2.28 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga untuk komunitas non mangrove (flora darat) termasuk kedalam keanekaragaman rendah hingga sedang.

Greenbelt adalah area sabuk hijau vegetasi yang dimiliki oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban dengan lebar area 50 meter dan terletak sepanjang tepi area tambang batu gamping maupun tanah liat/clay. Fungsi utama area Greenbelt adalah sebagai barrier (pembatas) penyebaran debu (sekaligus sebagai perangkap dan penyerap debu itu sendiri) yang timbul sebagai akibat kegiatan penambangan kapur. Survei yang dilakukan pada tahun 2024 mengenai flora darat menunjukkan bahwa GRE memiliki 79% flora dalam kategori semai, 8% kategori pancang, 5% kategori tihang, dan 8% kategori pohon. Kerapatan pohon sebesar 138 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 456 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 56 individu/ha dan kerapatan semai sebesar 3.625 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah Trembesi (Samanea saman) sebesar 69 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori tihang adalah mahoni (Swietenia mahagoni) sebesar 438 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui pula tutupan pohon tertinggi oleh Trembesi (Samanea saman) sebesar 16.190 m2/ha sedangkan tutupan tihang tertinggi oleh Mahoni (Swietenia mahagoni) sebesar 8.769 m2/ha.

Komposisi spesies pohon terdiri dari 3 spesies yaitu Sukun (Artocarpus altilis), Trembesi (Samanea saman) dan Mahoni (Swietenia mahagoni). Komposisi spesies tihang terdiri dari 2 spesies yaitu Sukun (Artocarpus altilis), dan Mahoni (Swietenia mahagoni). Komposisi spesies pancang terdiri dari 3 spesies yaitu Mahoni (Swietenia mahagoni), Singkong (Manihot utilissima) dan Jambu biji (Psidium guajava L.). Komposisi spesies semai terdiri dari 30 spesies dengan spesies berjumlah terbanyak yaitu Senduduk (Melastoma malabathricum), Rumput (Digitaria sp.), dan Wedelia (Wedelia trilobata).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.99 untuk katerori pertumbuhan pohon; 0.17 untuk kategori pertumbuhan tihang; 1.06 untuk kategori pancang; dan 2.94 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga tumbuhan kategori pohon, tihang, pancang dan semai untuk komunitas flora darat termasuk kedalam keanekaragaman rendah hingga sedang.

Lokasi studi Greenbelt Timur (GTI) adalah lokasi luar kawasan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban yang merupakan wilayah area pertanian. Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa GTI memiliki 73% flora dalam kategori semai, 9% kategori pancang, 9% kategori tihang dan 9% kategori pohon. Diketahui kerapatan pohon sebesar 44 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 94 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 169 individu/ha, dan kerapatan semai sebesar 5.913 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah Johar (Senna siamea) sebesar 31 individu/ha dan kerapatan tertinggi tihang adalah mahoni (Swietenia mahagoni) sebesar 63 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui persentase tutupan pohon adalah Johar (Senna siamea) sebesar 2.581 m2/ha sedangkan persentase tutupan tihang juga Johar sebesar 334 m2/ha.

Komposisi spesies pohon terdiri dari 3 spesies yaitu Sukun (Artocarpus altilis), Johar (Senna siamea), dan Mahoni (Swietenia mahagoni). Komposisi spesies tihang terdiri dari 3 spesies yaitu Mahoni (Swietenia mahagoni), Sukun (Artocarpus altilis), dan Johar (Senna siamea). Komposisi spesies pancang hanya terdiri dari 3 spesies yaitu Mahoni (Swietenia mahagoni), Pohon gum biru (Eucalyptus globulus), dan Rumput minjangan (Choromolaena odorata). Komposisi spesies semai terdiri dari 25 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Rumput putih (Leersia virginica), Rumput jariji (Digitaria sanguinalis), dan Jagung (Zea mays).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.80 untuk katerori pertumbuhan pohon; 0.86 untuk kategori pertumbuhan tihang; 0.67 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 1.91 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga komunitas tumbuhan termasuk kedalam keanekaragaman rendah hingga sedang.

Viewpoint (VIE) adalah wilayah yang merupakan bagian dari area Greenbelt yang dikhususkan dan diperuntukkan sebagai area pengamatan lahan tambang batu kapur. Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa VIE memiliki 63% flora dalam kategori semai, 21% kategori pancang, 12% kategori tihang dan 4% kategori pohon. Kerapatan pohon diketahui sebesar 31 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 125 individu/ha, kerapatan pancang sebessar 50 individu/ha dan kerapatan semai sebesar 3.750 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah trembesi (Samanea saman) sebesar 31 individu/ha, kerapatan tertinggi kategori tihang adalah Mahoni (Swietenia mahagoni) sebesar 63 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui pula persentase tutupan pohon tertinggi oleh Trembesi (Samanea saman) sebesar 21.527 m2/ha sedangkan persentase tutupan tihang tertinggi oleh Mahoni (Swietenia mahagoni) sebesar 1.175 m2/ha.

Komposisi spesies pohon terdiri dari 1 spesies yaitu Trembesi (Samanea saman). Komposisi spesies tihang terdiri dari 3 spesies yaitu Kelengkeng (Dimocarpus longan), Mahoni (Swietenia mahagoni), dan Sawo manila (Manilkara zapota). Komposisi spesies pancang hanya terdiri dari 5 spesies yaitu Jeruk (Citrus sp.), Kelengkeng (Dimocarpus longan), Sawo duren (Chrysophyllum cainito), Sawo kecik (Manilkara kauki), dan Mahoni (Swietenia mahagoni). Komposisi spesies semai terdiri dari 15 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Rumput abadi (Oplismenus undulatifolius), Mahoni (Swietenia mahagoni), dan Rumput minjangan (Chromolaena odorata).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.00 untuk katerori pertumbuhan pohon; 0.94 untuk kategori pertumbuhan tihang; 1.39 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 1.53 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga komunitas tumbuhan termasuk kedalam keanekaragaman rendah hingga sedang.

Survei yang dilakukan pada tahun 2023 menunjukkan bahwa LAN14 memiliki 78% flora dalam kategori semai, 11% kategori pancang, 8% kategori tihang dan 3% kategori pohon. Kerapatan kategori pohon sebesar 94 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 969 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 81 individu/ha, dan kerapatan semai sebesar 2.750 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah Jati (Tectona grandis) sebesar 94 individu/ha dan tihang adalah jati (Tectona grandis) sebesar 136 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui pula tutupan pohon tertinggi oleh Jati (Tectona grandis) sebesar 5.340 m2/ha dan tihang oleh Jati (Tectona grandis), sebesar 21.058 m2/ha.

Komposisi spesies pohon hanya terdiri dari spesies jati (Tectona grandis). Komposisi spesies tihang terdiri dari 3 spesies yaitu asem londo (Pithecellobium dulce), johar (Senna siamea), dan jati (Tectona grandis). Komposisi spesies pancang terdiri dari 5 spesies yaitu kayu jawa (Lannea coromandelica), johar (Senna siamea), turi (Sesbania grandiflora), mahoni (Swietenia mahagoni), dan jati (Tectona grandis). Komposisi spesies semai terdiri dari 19 spesies dengan 5 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah putri malu (Mimosa pudica), lamtoro (Leucaena glauca), rumput minjangan (Chromolaena odorata), rumput teki ladang (Cyperus rotundus), dan rumput jari (Digitaria sanguinalis).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.00 untuk katerori pertumbuhan pohon; 0.41 untuk kategori pertumbuhan tihang; 1.27 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 2.68 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga ekosistem tumbuhan flora darat termasuk kedalam keanekaragaman rendah hingga sedang.

Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa LAN16 memiliki 68% flora dalam kategori semai, 16% kategori pancang, serta 11% untuk kategori tihang dan 5% kategori pohon. Kerapatan vegetasi kategori pohon sebesar 194 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 625 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 44 individu/ha dan kerapatan semai sebesar 1.469 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah jati (Tectona grandis) sebesar 194 individu/ha, dan kerapatan tertinggi kategori tihang adalah Jati (Tectona grandis), sebesar 294 individu/ha.. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui pula tutupan pohon tertinggi oleh Jati (Tectona grandis) sebesar 13.115 m2/ha dan tihang oleh jati (Tectona grandis) sebesar 8.687 m2/ha.

Komposisi spesies pohon terdiri dari 1 spesies yaitu Jati (Tectona grandis). Komposisi spesies tihang terdiri dari 2 spesies yaitu Johar (Senna siamea) dan jati (Tectona grandis). Komposisi spesies pancang terdiri dari 3 spesies yaitu Johar (Senna siamea), Mahoni (Swietenia mahagoni), dan Sono keling (Dalbergia latifolia). Komposisi spesies semai terdiri dari 13 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Wedelia (Wedelia trilobata), Lamtoro (Leucaena leucocephala), dan Kucing galak (Acalipa indica).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.00 untuk katerori pertumbuhan pohon; 0.69 untuk kategori pertumbuhan tihang; 0.96 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 2.07 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga ekosistem tumbuhan termasuk kedalam keanekaragaman rendah hingga sedang.

Area Tlogowaru (TLO) adalah area bekas tambang tanah liat (clay) yang telah dilakukan usaha rehabilitasi. Lahan bekas galian tanah liat membentuk cekungan dan selalu terisi air, khususnya pada musim penghujan, sehingga telah menjadi semacam kolam buatan dengan area tepiannya ditanami berbagai jenis tanaman oleh warga setempat (petani Green Belt). Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa TLO memiliki 77% flora dalam kategori semai, 9% kategori pancang, 7% kategori tihang dan 7% kategori pohon.

Kerapatan pohon sebesar 300 individu/ha, tihang sebesar 131 individu/ha, pancang sebesar 75 individu/ha, dan semai sebesar 3.575 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon tertinggi adalah Flamboyan (Delonix regia) sebesar 144 individu/ha, dan kerapatan tertinggi kategori tihang adalah johar (Senna siamea) sebesar 88 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui pula tutupan pohon di lokasi terbesar dari Flamboyan (Delonix regia) sebesar 28.749 m2/ha sedangkan tutupan tihang di lokasi terbesar dari Johar (Senna siamea) sebesar.

Komposisi spesies pohon terdiri dari 4 spesies yaitu Trembesi (Samanea saman), Flamboyan (Delonix regia), Bejaran (Lannea coromandelica), dan Johar (Senna siamea). Komposisi spesies tihang terdiri dari 4 spesies yaitu Cemara laut (Casuarina equisetifolia), Flamboyan (Delonix regia), Trembesi (Samanea saman), dan Johar (Senna siamea). Komposisi spesies pancang terdiri dari 5 spesies yaitu Akasia (Acacia Indica), Asam londo (Pithecellobium dulce), Trembesi (Samanea saman), Johar (Senna siamea), dan Serut (Streblus asper). Komposisi spesies semai terdiri dari 45 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Rumput jariji (Digitaria sanguinalis), Seduduk (Melastoma malabathricum L.), dan Bebesan (Oplismenus burmannii).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 1.06 untuk katerori pertumbuhan pohon; 1.00 untuk kategori pertumbuhan tihang; 1.42 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 3.06 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga tumbuhan kategori pohon, tihang, pancang dan semai termasuk kedalam keanekaragaman sedang.

Arboretum Bukit Daun merupakan kebun yang berisi pepohonan dan tanaman yang ditanam sedapat mungkin mengikuti habitat aslinya dan dimaksudkan sebagai areal pelestarian keanekaragaman hayati dan sedikitnya dapat memperbaiki atau menjaga kondisi iklim disekitarnya (mikro iklim). Pembuatan Arboretum Bukit Daun juga ditujukan sebagai bentuk lain dari konservasi sumberdaya hayati ex-situ yang aman dan efisien dalam pelestarian sumberdaya genetik. Konservasi ex-situ dapat berfungsi menyelamatkan spesies-spesies langka atau yang tidak dapat tumbuh dan berkembang secara normal di lingkungan alaminya sehingga populasi spesies tersebut terjamin kelestariannya. Terdapat pula Kebun Pangkas Kayu Putih di area Arboretum Bukit Daun. Kebun pangkas adalah areal yang berisi tanaman sebagai penghasil tunas dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak dengan cara dipangkas untuk bahan stek. Kebun pangkas ini ditanami dengan 230 batang kayu putih dengan kualitas unggul.

 Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa BDA memiliki 55% flora dalam kategori semai, 18% kategori pancang, 15% untuk kategori tihang dan 12% untuk kategori pohon. Kerapatan spesies pohon sebesar 350 individu/ha, kerapatan tihang sebesar 1.075 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 2.800 individu/ha, dan kerapatan semai sebesar 1.248.125 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 57 individu/ha, sedangkan kerapatan tertinggi kategori tihang adalah Trembesi (Samanea saman) sebesar 300 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon dan tihang, maka diketahui pula persentase tertinggi tutupan pohon oleh Flamboyan (Delonix regia) sebesar 74.938 m2/ha dan tihang oleh Trembesi (Samanea saman) sebesar 1.400 m2/ha.

Komposisi spesies pohon terdiri dari 12 spesies dengan spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Flamboyan (Delonix regia). Komposisi spesies tihang terdiri dari 15 spesies dengan spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Trembesi (Samanea saman). Komposisi spesies pancang terdiri dari 17 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Kayu putih (Melaleuca cajuputi), Cermai (Phyllanthus acidus), dan Jarak (Ricinus communis Linn.). Komposisi spesies semai terdiri dari 54 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Senduduk (Melastoma malabathricum), Sawi langit (Vernonia cinerea), dan Daun inggu (Ruta graveolens).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 1.83 untuk katerori pertumbuhan pohon; 2.32 untuk kategori pertumbuhan tihang; 2.73 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 3.63 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga tumbuhan kategori pohon, tihang dan pancang termasuk kedalam keanekaragaman sedang, dan tumbuhan kategori semai termasuk kedalam keanekaragaman tinggi.

Glory Hall (GLO) merupakan lahan bekas tambang batu gamping pertama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban yang dilakukan revegetasi pada tahun 2010. Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa GLO memiliki 67% flora dalam kategori semai, 24% kategori pancang, dan 9% kategori tihang. Kerapatan tertinggi spesies kategori tihang sebesar 425 individu/ha dengan dominasi Jati (Tectona grandis, 413 individu/ha), kerapatan tertinggi spesies kategori pancang sebesar 100 individu/ha dengan dominasi Jati (Tectona grandis, 44 individu/ha), dan kerapatan tertinggi spesies kategori semai sebesar 681 individu/ha dengan dominasi Jabung (Sigesbeckia oriental, 344 individu/ha). Dengan adanya kategori pertumbuhan tihang, maka diketahui pula persentase tutupan tihang terbagi atas tutupan jati (Tectona grandis) sebesar 7994 m2/ha dan tutupan serut (Streblus asper) sebesar 13 m2/ha.

Komposisi spesies tihang terdiri dari 2 spesies yaitu Serut (Streblus asper) dan jati (Tectona grandis). Komposisi spesies pancang terdiri dari 5 spesies yaitu Akasia (Acacia Indica), Lamtoro (Leucaena leucocephala), Asam Londo (Pithecellobium dulce), Serut (Streblus asper), dan Jati (Tectona grandis). Komposisi spesies semai terdiri dari 14 spesies dengan 3 spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Rumput minjangan (Chromolaena odorata), Jabung (Sigesbeckia orientalis), dan Daun kupu-kupu (Oxalis latifolia).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 0.13 untuk kategori pertumbuhan tihang; 1.25 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 1.62 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga tumbuhan kategori pohon, tihang dan pancang termasuk kedalam keanekaragaman rendah sedangkan kategori semai termasuk kedalam keanekaragaman sedang.

GLO-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di GLO diketahui terdapat 4 spesies laba-laba; 6 spesies capung; 27 spesies kupu-kupu; 25 spesies serangga lain; 5 spesies mollusca; 8 spesies reptile, 1 spesies amphibi, dan 1 spesies mamalia. Total spesies non avifauna berjumlah 77 spesies dan 178 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi GLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.64; D=0.06; J=0.84). 

TLO-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di TLO diketahui terdapat 2 spesies laba-laba; 14 spesies capung; 24 spesies kupu-kupu; 25 spesies serangga lain; 4 spesies mollusca; 10 spesies reptile; 3 spesies amphibi dan 1 spesies mamalia. Total spesies non avifauna berjumlah 83 spesies dan 258 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi TLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.73; D=0.05; J=0.84). 

SOC-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di SOC diketahui terdapat 1 spesies laba-laba; 7 spesies capung; 11 spesies kupu-kupu; 20 spesies serangga lain; 2 spesies mollusca; 4 spesies reptil; dan 2 spesies amphibi. Total spesies non avifauna berjumlah 44 spesies dan 130 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi SOC termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.76; D=0.13; J=0.72). 

GRE-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di GRE diketahui terdapat 1 spesies laba-laba; 4 spesies capung; 13 spesies kupu-kupu; 28 spesies serangga lain; 1 spesies mollusca; 5 spesies reptil; 1 spesies amphibi dan 1 spesies mamalia. Total spesies non avifauna berjumlah 54 spesies dan 264 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi GRE termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.05; D=0.09; J=0.76). 

VIE-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di VIE diketahui terdapat 3 spesies laba-laba; 3 spesies capung; 17 spesies kupu-kupu; 31 spesies serangga lain; 2 spesies mollusca; 5 spesies reptil; dan 1 spesies amphibi. Total spesies non avifauna berjumlah 62 spesies dan 301 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi VIE termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.30; D=0.07; J=0.80). 

GTI-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di GTI diketahui terdapat 2 spesies laba-laba; 4 spesies capung; 10 spesies kupu-kupu; 32 spesies serangga lain; 1 spesies molllusca; 5 spesies reptil; 1 spesies amphibi dan 1 spesies mamalia. Total spesies non avifauna berjumlah 56 spesies dan 275 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi GTI termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.19; D=0.07; J=0.79). 

BDA-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di BDA diketahui terdapat 4 spesies laba-laba; 9 spesies capung; 33 spesies kupu-kupu; 43 spesies serangga lain; 4 spesies mollusca; 6 spesies reptil; 2 spesies amphibi dan 3 spesies mamalia. Total spesies non avifauna berjumlah 104 spesies dan 563 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi BDA termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.61; D=0.05; J=0.78). 

LAN-Berdasarkan hasil pengamatan non avifauna (non burung) di LAN yang termasuk kedalam LAN14 dan LAN16 diketahui terdapat 5 spesies laba-laba; 7 spesies capung; 39 spesies kupu-kupu; 46 spesies serangga lain; 4 spesies mollusca; 9 spesies reptile; 1 spesies amphibi; dan 2 spesies mamalia. Total spesies non avifauna berjumlah 113 spesies dan 540 individu. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman non avifauna di lokasi LAN14 termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=3.62; D=0.06; J=0.77).

Survei yang dilakukan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa SOC memiliki 37% flora dalam kategori semai, 37% kategori pancang, dan 26% kategori pohon. Kerapatan pohon sebesar 481 individu/ha, kerapatan pancang sebesar 3.800 individu/ha, dan kerapatan semai sebesar 155.000 individu/ha. Kerapatan tertinggi spesies kategori pohon adalah Mangrove Jangkung (Rhizophora apiculata) sebesar 250 individu/ha, dan kerapatan teringgi spesies pancang juga Mangrove Jangkung (Rhizophora apiculata) sebesar 1.200 individu/ha. Dengan adanya kategori pertumbuhan pohon, maka diketahui pula persentase tutupan pohon di lokasi sebesar 41% adalah mangrove jangkung (Rhizophora apiculata).

Komposisi spesies pohon terdiri dari 5 spesies yaitu Api-api putih (Avicennia marina), Pandan duri (Pandanus tectorius), Mangrove jangkung (Rhizophora apiculata), Bakau kecil (Rhizopora stylosa) dan Perepat (Sonneratia alba). Komposisi spesies pancang terdiri dari 7 spesies yaitu Jeruju (Acanthus ilicifolius), Api-api putih (Avicennia marina), Kayu buta-buta (Excoecaria agallocha), Pandan duri (Pandanus tectorius), Mangrove jangkung (Rhizopora apiculata), Bakau kecil (Rhizopora stylosa), dan Perepat (Sonneratia alba). Komposisi spesies semai terdiri dari 7 spesies yaitu Jeruju (Acantus ilicifolius), Api-api putih (Avicennia marina), Katang-katang (Ipomea pescaprae), Pandan duri (Pandanus tectorius), Gelang biasa (Portulaca oleracea), Mangrove jangkung (Rhizopora apiculata), dan Perepat (Sonneratia alba).

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) diketahui sebesar 1.27 untuk katerori pertumbuhan pohon; 1.64 untuk kategori pertumbuhan pancang; dan 1.87 untuk kategori pertumbuhan semai. Sehingga tumbuhan kategori pohon, pancang dan semai untuk komunitas mangrove termasuk kedalam keanekaragaman sedang.

GLO-Fauna yang diamati di lokasi Glory Hall (GLO) terbagi atas avifauna dan non avifauna. Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) diketahui terdapat 8 spesies dengan 2 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Kekep babi (Artamus leucorynchus), dan Cekakak Sungai (Todiramphus chloris). Semua spesies avifauna di GLO memiliki status perlindungan Least Concern (LC), tidak termasuk kedalam spesies dilindungi secara nasional, dan hanya Kekep babi (Artamus leucorynchus) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi GLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.01; D=0.14; J=0.97).

TLO-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi TLO diketahui terdapat 19 spesies dengan 3 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), Bondol peking (Lonchura punctulata), dan Perenjak padi (Prinia inornata). Semua spesies avifauna di TLO memiliki status perlindungan Least Concern (LC), dan terdapat Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), Kuntul kerbau (Bubulcus ibis), Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), Wiwik lurik (Cacomantis sonneratii), kuntul kecil (Egretta garzetta), Ganggang bayam timur (Himantopus Himantopus), dan Dara laut kecil (Sternula albifrons) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi TLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.80; D=0.07; J=0.95). 

SOC-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi SOC diketahui terdapat 20 spesies dengan 3 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Merbak cerucuk (Pycnonotus goiavier), Dara laut sayap putih (Chlidonias leucopterus), dan Dara laut tiram (Gelochelidon nilotica).  Mayoritas spesies avifauna di SOC memiliki status perlindungan Least Concern (LC) tetapi terdapat salah satu spesies yang memiliki status Vulnerable (VU) yaitu Bubut jawa (Centropus nigrorufus); terdapat Dara laut sayap putih (Chlidonias leucopterus), Bubut jawa (Centropus nigrorufus) dan kipasan belang (Rhipidura javanica) yang merupakan spesies dilindungi secara internasional; serta  terdapat Dara laut sayap putih (Chlidonias leucopterus), dara laut tiram (Gelochelidon nilotica), dan Dara laut tengkuk hitam (Dara laut tengkuk hitam) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi SOC termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.83; D=0.07; J=0.94).

GRE-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi GRE diketahui terdapat 10 spesies dengan 3 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Bondol peking (Lonchura punctulata), Gereja Eurasi (Passer montanus), dan Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Semua spesies avifauna di GRE memiliki status perlindungan Least Concern (LC); tidak terdapat spesies yang merupakan spesies dilindungi secara internasional; dan terdapat Kapinis laut (Apus pacificus), Wiwik lurik (Cacomantis sonneratii), dan Srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi GRE termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.23; D=0.12; J=0.97).

VIE-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi VIE diketahui terdapat 13 spesies dengan 2 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Wallet linchi (Collocalia linchi), dan Kapinis rumah (Apus nipalensis). Semua spesies avifauna di VIE memiliki status perlindungan Least Concern (LC); tidak terdapat spesies yang merupakan spesies dilindungi secara internasional; dan terdapat Kekep babi (Artamus leucorynchus), Bentet kelabu (Lanius Schach), Prenjak cokelat (Prinia polychroa), dan Tekukur biasa (Spilopelia chinensis) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi VIE termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.14; D=0.08; J=0.83).

GTI-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi GTI diketahui terdapat 18 spesies dengan 3 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Perkutut jawa (Geopelia striata), Kapasan kemiri (Lalage nigra), dan Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Semua spesies avifauna di GTI memiliki status perlindungan Least Concern (LC); terdapat spesies yang merupakan spesies dilindungi secara internasional yaitu kipasan belang (Rhipidura javanica); dan terdapat Kekep babi (Artamus leucorynchus), Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), Tekukur biasa (Spilopelia chinensis), dan Cekakak suci (Todiramphus sanctus) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi GTI termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.68; D=0.08; J=0.93).

BDA-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi BDA diketahui terdapat 14 spesies dengan 4 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah Walet linchi (Collocalia linchi), Perenjak padi (Prinia inornata), Layang-layang api (Hirundo rustica), dan Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Spesies avifauna di BDA mayoritas memiliki status perlindungan Least Concern (LC) dan terdapat Layang-layang api (Hirundo rustica), Bentet kelabu (Lanius schach), dan Perenjak padi (Prinia inornata) yang memiliki status burung migran (serta migran altitude). Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi BDA termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.57; D=0.08; J=0.97).

LAN-Berdasarkan hasil pengamatan avifauna (burung) di lokasi LAN yang mencakup LAN14 dan LAN16 diketahui terdapat 18 spesies dengan 2 spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak adalah perkutut jawa (Geopelia striata), dan Gereja Eurasia (Passer montanus). Mayoritas spesies avifauna di LAN memiliki status perlindungan Least Concern (LC); terdapat 2 spesies dengan status perlindungan Vulnerable (VU) yaitu Kerak kerbau (Acridotheres javanicus) dan Bubut jawa (Centropus nigrorufus) terdapat 1 spesies yang merupakan spesies dilindungi secara internasional yaitu Bubut jawa (Centropus nigrorufus); dan terdapat Wiwik lurik (Cacomantis sonneratii), dan Tekukur biasa (Spilopelia chinensis) yang memiliki status burung migran. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman avifauna di lokasi LAN termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.56; D=0.10; J=0.89).

Berdasarkan studi diketahui bahwa terdapat 16 spesies dengan jumlah individu sebanyak 141 individu. Komposisi ikan di TLO didominasi oleh famili Cyprinidae. Jenis-ikan yang tertanggap di lokasi TLO terbagi atas ikan bernilai ekonomi tinggi dan ikan bernilai ekonomi rendah. Yang termasuk ke dalam ikan bernilai ekonomi tinggi antara lain Mujair (Oreochromis mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus) dan Keting (Mystus gulio). Sedangkan jenis ikan yang lain merupakan spesies ikan yang bernilai ekonomis rendah dan belum memiliki potensi ekonomi. Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman nekton di lokasi TLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.63; D=0.08; J=0.95).

Berdasarkan studi makrozoobentos diketahui bahwa terdapat 18 spesies dengan jumlah individu sebanyak 30 individu. Komposisi makrozoobentos di TLO didominasi oleh Siput darat (Bulimus guadalupensis). Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman makrozoobentos di lokasi TLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (H’=2.56; D=0.12; J=0.88).

Dari hasil sampling fitoplankton dan zooplankton kemudian dilanjutkan dengan identifikasi spesiesnya menunjukkan bahwa pada Mei 2024 terdapat 31 spesies fitoplankton dan 27 spesies zooplankton dengan kelimpahan masing-masing adalah 258 individu/liter dan 95 individu/liter. Untuk fitoplankton, spesies dominan antara lain Chlorella conglomerata (31.01%), Phacus sp (14.34%), dan Nitzschia sp. (10.85%). Komunitas zooplankton didominasi oleh Copepod cyclopoida (22.11%), Nauplius sp. (17.89%), dan Copepoda calanoida (15.79%). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi komunitas plankton cukup baik; dimana kelompok zooplankton tersebut umumnya rentan terhadap pencemaran bahan organik (bioindikator), terutama ditemukan pula Daphniidae (Daphnia sp.) dengan kelimpahan relatif 5.26%.

Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diketahui bahwa keanekaragaman fitopankton dan zooplankton di lokasi TLO termasuk kedalam kategori keanekaragaman sedang (H’fitoplankton=2.50; H’zooplankton=2.57) dan tidak terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi dan keadaan lingkungannya normal yang ditandai oleh penyebaran populasi yang cenderung merata (Dfitoplankton=0.15; Dzooplankton=0.12; Jfitoplankton=0.73; Jzooplankton=0.78). Selain itu juga diketahui bahwa perairan di TLO berdasarkan H’fitoplankton termasuk kedalam kategori kualitas perairan sangat baik (H’>2.0), kategori komunitas sangat baik (H’>2.41) dan kondisi struktur komunitas yang sangat stabil (H’>2.41). Hal yang sama pun terjadi untuk perairan di TLO berdasarkan H’zooplankton termasuk kedalam kategori kualitas perairan sangat baik (H’>2.0), kategori komunitas sangat baik (H’>2.41) dan kondisi struktur komunitas yang sangat stabil (H’>2.41).